Dalam pemeliharaan sapi perah, permasalahan kesehatan ternak seringkali menjadi kendala utama yang menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi para peternak. Pasalnya, memang hewan ternak yang satu ini sering menjadi sasaran agen penyakit seperti virus, bakteri dan parasit. Akan tetapi, permasalahan penyakit pada sapi perah bukan hanya berasal dari agen-agen penyakit itu saja. Melainkan, bisa juga timbul penyakit yang disebabkan oleh gangguan metabolisme, seperti salah satunya penyakit hipokalsemia.
Apa itu penyakit hipokalsemia?
Hipokalsemia (hypocalcemia) atau biasa disebut juga dengan istilah milk fever adalah suatu gangguan metabolisme pada sapi perah yang dapat menyerang sebelum, sewaktu, atau beberapa jam sampai 72 jam setelah melahirkan. Penyakit ini terjadi saat kadar kalsium dalam darah sapi kurang dari normal. Jika normalnya kalsium dalam darah mencapai konsentrasi 9-12 mg/dL. Sapi perah yang mengalami hipokalsemia konsentrasi kalsium dalam darahnya hanya sebesar 5 mg/dL atau kurang dari itu.
Fatalnya, hipokalsemia ini dapat memicu penyakit lain seperti mastitis (radang ambing) dan gangguan fertilitas. Pasalnya, kurangnya kalsium dalam darah yang salah satunya fungsinya untuk kontraksi otot dapat menyebabkan kurangnya kontraksi otot sehingga lubang puting tidak dapat menutup sempurna. Pada saat sapi lumpuh/ tidak bisa berdiri itulah, ambing sapi akan bersentuhan dengan kotoran dan kotoran yang sangat mungkin mengandung bakteri tersebut dapat masuk melalui lubang puting yang terbuka dan menyebabkan mastitis.
Apa penyebab dan gejala penyakit hipokalsemia?
Penyakit hipokalsemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Seperti dari umur, kepekaan ras, ketidakseimbangan ransum, produksi susu tinggi, stress, dll. Dilansir dari dokterhewan.co.id, pemberian pakan dengan kandungan kalsium > 100 g/hari selama masa dry pregnant juga dapat meningkatnya risiko kejadian hipokalsemia. Pasalnya, kebutuhan kalsium dapat dipenuhi semuanya hanya dengan transport pasif dari kalsium dalam pakan. Transport aktif dan penyerapan Ca dari tulang, tertekan dan tidak terjadi. Hasilnya, ketika sapi melahirkan pada saat sapi membutuhkan Ca dalam jumlah tinggi, sapi tidak bisa menggunakan mekanisme penyerapan Ca dari tulang maupun transport aktif Ca dari pakan.
Adapun sapi yang terjangkit hipokalsemia akan menunjukkan gejala tergantung tingkat keparahannya, yaitu sebagai berikut:
- Stadium 1. Nafsu makan sapi berkurang, sapi gelisah, lemah, otot bergetar, hipersensitif, dan sempoyongan.
- Stadium 2. Nafsu makan hilang, sapi tidak mampu untuk berdiri, berbaring pada sternumnya dengan kepala mengarah ke belakang sehingga dari belakang seperti membentuk huruf S, lesu, dehidrasi, tidak tanggap rangsangan, detak jantung menurun, dan suhu tubuh menurun
- Stadium 3. Pada stadium ini sapi tidak sadarkan diri/ koma, sapi terlihat sangat lemah, tidak mampu bangun, berbaring pada satu sisinya, kembung, detak jantung turun, dan pupil melebar. Dapat berakhir dengan kematian jika tidak segera ditangani.
Bagaimana mengobati dan mencegah penyakit hipokalsemia?
Pengobatan hipokalsemia bisa dilakukan dengan cara injeksi garam berkalsium lengkap. Meski angka kesembuhan penyakit ini cukup tinggi dengan nilai mortalitas hanya 2-3% apabila segera dideteksi dan diberikan pertolongan. Akan tetapi lebih baiknya kita dapat melakukan upaya-upaya pencegahan. Karena jika sapi sudah sakit tentu akan memerlukan lebih banyak biaya dan tenaga untuk menanganinya. Pencegahan hipokalsemia dapat dilakukan dengan cara mengurangi asupan kalsium dalam ransum pada akhir periode laktasi diimbangi dengan diet magnesium serta fosfor yang cukup.
Alternatif lain untuk mencegah penyakit ini adalah anda bisa memberikan Sari Mineral Mix untuk sapi anda. Sari Mineral Mix merupakan campuran mineral vitamin bermutu tinggi dan lengkap untuk meningkatkan keseimbangan nutrisi ternak yang penting untuk proses metabolisme ternak.